Jumat, 10 Agustus 2012

Empat Puluh Jam


Patah hati tak melulu ketika putus cinta. Patah hatiku terjadi empat puluh jam yang lalu. Dan aku tahu, ada puluhan orang yang turut patah hati bersamaku hari itu. Bukan cuma aku yang tidak bisa melupakan, juga tak mampu mengaburkannya. Hari yang terasa amat aneh, penuh dengan kebetulan.

Semenjak hari itu, aku menjadi sentimentil.

Butuh berhari-hari untuk akhirnya berhenti mengurai air mata. Dan butuh waktu yang lama untuk melegakan kembali dada yang terus merasa sesak. Bukan, ini bukan karena tidak rela. Bukan pula karena tidak ikhlas. Tapi ini terlalu pelan dan sunyi untuk dilalui.

Sampai hari ini, masih ada tangis yang aku tuang diam-diam didalam kamar. Dan bantal yang aku peluk erat-erat menadahinya. Hingga hari ini, tidur malamku seringkali terhiaskan mimpi-mimpi tentangmu. Pada malam-malam seperti inilah, patah hatiku kian terasa menyakitkan. Membangunkanku dari lelap, membuatku terjaga dan semuanya jadi semakin hening.

Keheninganku terisi penuh dengan kenangan yang tidak berhenti berbicara. Dan kerinduan yang terus berteriakan dengan nyaring, teramat nyaring hingga memekakkan telinga.

Aku sedang belajar kehilanganmu. Belajar bahwa jarak yang dulu terjangkau oleh langkah, kini hanya mampu direngkuh lewat doa. Dan pertemuan hanyalah berupa kehadiranmu di bunga tidurku.

Suatu hari, patah hati ini akan sembuh. Atau aku yang telah tuntas belajar.

2 komentar: